Tanamonews.com - Komisi IX DPR-RI bekerja sama dengan Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) dan Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) menggelar sosialisasi tentang peluang kerja di luar negeri dan migrasi aman.
Kegiatan ini berlangsung di Pondok Pesantren Al Qur'an Center H. Mhd Nadis, Bukittinggi, pada Jumat, 14 Maret 2025. Dalam sosialisasi tersebut, Anggota Komisi IX DPR-RI, Ade Rizki Pratama, mengungkapkan bahwa minat masyarakat Bukittinggi untuk bekerja di luar negeri masih sangat rendah, meskipun kesempatan tersedia luas.
"Masyarakat Kota Bukittinggi masih minim mengambil kesempatan untuk bekerja di luar negeri, padahal lowongan dan kesempatan terbuka lebar, khususnya bagi kita Warga Negara Indonesia," ujarnya. Ia memaparkan data dari Dinas Koperasi, UKM, dan Tenaga Kerja Bukittinggi yang menunjukkan bahwa pada tahun 2021 hanya dua warga Bukittinggi yang bekerja di luar negeri.
Angka ini meningkat menjadi enam orang pada 2022, tetapi turun lagi menjadi empat orang pada 2023. Ade Rizki menegaskan bahwa kondisi pekerja migran saat ini jauh lebih baik dibandingkan beberapa tahun lalu. Ia menekankan bahwa berbagai upaya pemerintah telah mengurangi risiko yang sering dikaitkan dengan pekerjaan di luar negeri, seperti kekerasan fisik atau upah yang tidak dibayarkan.
"Hari ini peluang kerja di luar negeri bukan seperti satu dekade dua dekade yang lalu, seperti yang di berita di mana pekerja migran pergi utuh pulangnya cacat karena mengalami kekerasan fisik maupun tidak dibayarkan upah," katanya. Dalam kesempatan itu, ia juga menyoroti peluang kerja di Jepang bagi tenaga kesehatan Indonesia.
Pemerintah Jepang saat ini membuka kesempatan kerja bagi lulusan sarjana dan D3 keperawatan dengan gaji minimum sekitar 220 yen per jam, atau setara dengan Rp25 juta per bulan. "Terbaru adalah, pemerintah Jepang hari ini membuka pekerjaan untuk warga Indonesia, khususnya lulusan keperawatan dengan ijazah sarjana maupun D3 dengan minimum apresiasi pekerjaan sekitar 220 yen, atau sekitar Rp25 juta sebagai perawat lansia," sebutnya.
Ia menambahkan bahwa sistem kerja di Jepang berbeda dengan di Indonesia, terutama dalam hal merawat lansia. Jepang memiliki standar dan prosedur yang lebih ketat serta sistem yang lebih terstruktur. "Bekerja menjaga lansia di Jepang sangat jauh berbeda dengan pekerjaan yang di Indonesia," tuturnya.
Selain faktor ketidaktahuan mengenai peluang kerja yang ada, ia mengungkapkan bahwa banyak anak muda yang tidak berani bekerja di luar negeri karena kekhawatiran dari pihak keluarga. "Pada hari ini, kita selaku orang tua bertugas memberi dorongan. Selama ini anak kita tidak berangkat ke luar negeri salah satunya karena ketakutan kita," ujarnya.
Menurutnya, pemerintah terus melakukan berbagai diplomasi untuk membuka peluang kerja di luar negeri bagi masyarakat Indonesia. Tidak hanya menarik investor untuk menanamkan modal di dalam negeri, tetapi juga membuka jalur kerja bagi tenaga kerja Indonesia di berbagai negara. "Sekarang presiden kita melakukan diplomasi-diplomasi tidak hanya untuk membawa orang untuk berinvestasi, tapi juga membuka lowongan pekerjaan untuk kita di luar negeri," ucapnya.
Sosialisasi ini diharapkan dapat memberikan pemahaman lebih luas kepada masyarakat Bukittinggi mengenai peluang kerja di luar negeri serta pentingnya migrasi yang aman. Dengan informasi yang lebih jelas, diharapkan semakin banyak warga Bukittinggi yang tertarik memanfaatkan kesempatan ini untuk meningkatkan taraf hidup dan pengalaman kerja mereka. (Dina)
0 Komentar