PIMRED : ROBBY OCTORA ROMANZA (WARTAWAN UTAMA)

6/recent/ticker-posts
"SEBAR LUASKAN INFORMASI KEGIATAN DAN PROMOSI USAHA ANDA DISINI"

Festival Maek, Bukti Komitmen Ketua DPRD Sumbar Supardi untuk Membangkitkan Kebudayaan

Tanamonews.com - Padang l Situs budaya khususnya Menhir di Nagari Maek, Kabupaten Limapukuh Kota diperkirakan sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Banyak penelitian yang sudah dilakukan oleh berbagai Arkeolog, meski belum terpublis secara detail, karena itu Situs Menhir di Maek masih kurang menarik bagi wisatawan.

Berawal dari berbagai kondisi dan masalah yang melingkupi Situs Maek ini, Ketua DPRD Sumbar Supardi berusaha membangkitkan Situs Maek dengan menggelontorkan Program Pokirnya  dengan menggandeng Dinas Kebudayaan Sumatera Barat dengan menggelar kegiatan "Festival Maek". Kegiatan ini merupakan mimpi yang tertunda, karena sudah sejak lama direncanakan. Walaupun demikian, sudah berbagai kegiatan pembenahan infrastruktur menhir di Maek terus dilakukan secara bertahap,” papar Ketua DPRD Sumbar Supardi pada Konferensi Pers dalam Sosialisasi Festival Maek, Selasa (9/7/2024) di Ruang Khusus 1 DPRD Sumbar.

Dengan didampingi Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Sumbar Jefrinal Arifin, Ketua Festival Maek Donny Eros Djarot dan Kabag Persidangan dan Perundang-undangan DPRD Sumbar Zardi Syahrir,  Ketua DPRD Sumbar Supardi menambahkan, "Memang kita akui, saat ini Situs Maek masih kurang menarik bagi orang. Padahal, banyak misteri tersimpan di Maek yang harus diungkap. Dan ini sangat penting bagi perkembangan peradaban ke depan." Supardi melanjutkan bahwa sebenarnya cerita Maek sudah sangat lama diapresiasi pihak luar, meski bagi pemerintah Indonesia jadi kurang perhatian. UNESCO saja melihat Situs Maek sangat menarik untuk diungkap, termasuk usia tengkorak yang ada di Maek.

Dalam acara yang dipandu oleh kurator S. Metron Masdison, Supardi mengungkapkan, “Karena itu, kita bertekad, persoalan Maek ini mesti di follow up, termasuk melibatkan UNESCO dan BRIN. Penelitian harus dilakukan, sejak usia berapa tengkorak itu ada, termasuk dari DNA tengkorak tersebut. Semoga dalam waktu dekat, bisa hasilnya keluar. Namun dari data yang ada, peradaban di Maek itu telah ada sejak 4000 tahun sebelum Masehi." Supardi menerangkan bahwa dari penelitian UNP di Maek, ditemukan perahu besar. Karena itu, ada kesimpulan dulunya di Maek itu bukanlah sungai, tapi merupakan sebuah pulau dari lautan.

Supardi melanjutkan, "Dari pertemuan kita dengan BRIN, ternyata pada 2005 sudah dilakukan eskavasi di Maek dan Guguk, ditemukan 3 tengkorak yang ternyata dari penelitian sudah ada sejak abad pertama sebelum Masehi. Makam yang ada di Guguak itu menghadap ke kiblat dan punya liang lahat." Supardi menambahkan, "Inilah yang harus dikejar. Ada peradaban besar di Maek. Dan ini akan menjadi bom waktu bagi arkeolog ke depan. Dan ini juga akan menjadi potensi besar pariwisata."

Supardi menerangkan, “Karena itu, kalau Sumbar harus bangkit pariwisatanya, maka budayanya yang harus diangkat. Sama dengan Jogyakarta dan Bali dimana mereka tidak lagi menjual lautnya, tapi budayanya. Dan Maek peluang besar memperkenalkan Sumbar di pentas dunia." Festival Maek akan membuka cakrawala semua pihak, termasuk Pemerintah Daerah dan Pusat, terhadap potensi besar yang ada di Maek. Bahkan beberapa pakar arkeolog sudah menyatakan kesediaan hadir di Festival Maek. Supardi menegaskan, “Festival Maek juga sekaligus jadi momentum bangkit dan memperkenalkan wisata budaya Sumbar di pentas dunia."

Sebelumnya, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat Jefrinal Arifin menyampaikan bahwa Festival Maek yang digelar dari Program Pokir Ketua DPRD Sumbar Supardi akan berlangsung 17-20 Juli 2024. Sebelumnya, pada 14-17 Juli 2024, merupakan prafestival dan workshop kekaryaan. Jefrinal memaparkan, “Pra festival digelar Workshop Kekaryaan, yakni kolaborasi dengan peserta anak-anak Maek yang dibimbing Direktur Festival, Donny Eros Djarot, termasuk komposer dari Jerman dan Indonesia." Jefrinal melanjutkan, "Dalam rangkaian Festival Maek ini, juga ada Residensi 4 seniman yaitu Iyut Fitra yang akan membacakan puisi, Yudilfan Habib, Widdy Asriantor dan Satri Koa Putra.

Jefrinal melanjutkan, “Juga ada lomba feature, lomba foto essay untuk semua fotografer. Materi karya foto yang dilombakan, merupakan foto yang diambil selama helat Festival Maek. Juga lomba video selama kegiatan festival Maek." Selain Pameran yang digelar pada 14-17 Juli yang bekerjasama dengan Balai Pelestarian Budaya, juga ada diskusi pada 13-16 Juli di Cafe Agamjua Payakumbuh. Diskusi dengan berbagai topik akan menghadirkan pembicara dari Jepang, Mesir dan Indonesia. “Festival juga menampilkan pertunjukan termasuk kolaborasi anak-anak seniman residensi serta potensi pengembangan wisata di Maek. Umpan balik dari festival ini, sebagai masukan untuk Maek untuk pengembangannya ke depan, khususnya pariwisata budaya", pungkas Jefrinal dalam kegiatan yang dihadiri sejumlah pemimpin redaksi media cetak, online dan televisi.

Posting Komentar

0 Komentar





Selamat datang di Portal Berita, Media Online : www.tanamonews.com, atas nama Redaksi mengucapkan Terima kasih telah berkunjung.. tertanda: Owner and Founding : Indra Afriadi Sikumbang, S.H. Tanamo Sutan Sati dan Pemimpin Redaksi : Robby Octora Romanza