PIMRED : ROBBY OCTORA ROMANZA (WARTAWAN UTAMA)

6/recent/ticker-posts
"SEBAR LUASKAN INFORMASI KEGIATAN DAN PROMOSI USAHA ANDA DISINI"

MENATAP INDONESIA EMAS; ANTARA OPTIMISME DAN KECEMASAN

Oleh: Nanang Sumanang, guru Sekolah Indonesia Davao

 
Tanamonews.com - Ditengah rasa ingin tahu alasan rasional kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT) pada Perguruan Tinggi Negeri (PTN), dan pemberlakuan Kurikulum Merdeka menjadi Kurikulum Nasional di negeri ini, saya, melalui whatsapp mencoba menghubungi guru saya, seorang guru, dosen yang sekaligus guru besar, dan juga pernah menjabat di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk meminta pandangannya tentang hal-hal tersebut di atas yang sedang viral di media massa.

Alih-alih mendapatkan penjelasan yang komprehensif, beliau hanya mengirimkan sebuah video wayang yang berisi seseorang yang sedang menasehati seorang anak perempuan yang didampingi seperti bapaknya. Orang tersebut mengatakan bahwa kedermawanan pemerintah kepada rakyat sudah tidak ada, yang ada hanya kepada masyarakatnya sendiri, masyarakat tikus. Masyarakat sengaja dibuat bodoh agar bisa dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu. Di akhir dari video tersebut, beliau mengirim whatsapp “Sudah terwakili pendapat saya pak” ungkapnya yang membenarkan isi video tersebut..

Saya mengenal beliau sebagai seorang sosok yang sangat cerdas, kritis, penuh perhatian, berintegrasi tinggi serta sangat optimis terhadap dunia pendidikkan di tanah air. Jawaban beliau yang sangat simbolis, yang digambarkan dalam sebuah video wayang singkat, tentunya membuat sebuah pertanyaan besar” “Apakah memang pendidikan kita sekarang ini sedang tidak baik-baik saja, atau memang sudah dalam kondisi sakit gawat yang memprihatinkan serta dalam keadaan yang harus ditolong sesegera mungkin (darurat)?”

Mengikuti berbagai diskusi di media massa, juga dengar pendapat antara Mendikbudristek dengan komisi X DPR, ternyata memang kondisi pendidikan tinggi kita tidak sedang baik-baik saja, di tengah-tengah harapan Indonesia menggapai Indonesia Emas tahun 2045 yang akan datang.

Adanya masalah kebijakan di kementerian yang tidak tersosialisasi dengan baik, penggunaan anggaran di kementerian yang kurang tranparan, penyaluran Kartu Indonesia Pintar (KIP) yang kurang tepat sasaran, pemberian gelar kehormatan, atau pembelian hasil penelitian untuk mencapai gelar guru besar dan mendapatkan tunjangan atau insentif dan lagi-lagi karena gaji dosen di Indonesia itu tidak besar. 

Internasionalisasi kegiatan yang dikemas dengan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) juga hanya menyentuh permukaan saja, dimana dalam setiap kegiatan, biasanya dosen yang datang itu lebih dari dua orang, hanya memberikan informasi-informasi ala kadarnya saja kepada masyarakat yang dikunjunginya. Semuanya merupakan cerita permasalahn lain dari dunia pendidikan tinggi kita.

Dalam dunia pendidikan dasar dan menengah-pun kita juga akan menemukan berita-berita viral. Tentang seragam sekolah dan beberapa kegiatan studi tour yang mengalami kecelakaan menjadi viral pemberitaannya di media sosial. Kasus bullying (kekerasan) antar siswa, siswa melawan guru, guru melakukan kekerasan kepada siswa, atau orang tua siswa menganiaya guru sering juga dibagikan dalam wa group yang berseliweran tanpa bisa dilarang.

Belum lagi kalau ingin didalami masalah-masalah pendidikan dasar dan menengah ini dari mulai status guru dan kesejahteraannya, penyebaran guru yang tidak merata, jurang fasilitas pendidikan antar kota besar dan daerah-daerah terpencil di Indonesia, implementasi kurikulum, termasuk output dan outcomenya mempunyai catatan-catatan permasalahan tersendiri yang tidak gampang untuk segera diselesaikan. 

Bonus demografi yang digadang-gadang sebagai motor dari program Indonesia Emas tahun 2045 sepertiya sedng menghadapi awan gelap yang belum terlihat ujung cahaya terangnya.

Walaupun Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa awal  tahun 2024 jumlah pengangguran menurun sebanyak 7,2 juta orang dibandingkan pada bulan Februari 2023, tetapi pada kenyataannya ada jutaan pemuda pengangguran terutama generasi Z (generasi yang lahir dari tahun 1997 sd 2012) yang merupakan generasi dominan ketika pada tahun 2045 nanti. 

Diperkirakan sekitar 9,9 juta pengangguran atau sekitar 22,25 persen adalah generasi Z yang kebanyakan adalah lulusan SMK dan SMA. Pengangguran kaum/ Gen Z juga merupakan bagian pendidikan yang tidak bisa terpisahkan. Maka kemudian, sudah bisa dibayangkan apabila usia produktif ini tidak mempunyai pekerjaan yang baik dikarenakan tidak mempunyai skill atau pengetahuan yang cukup dan baik. 

Permasalahan yang muncul dalam dunia pendidikan; baik pendidikan dasar, menengah maupun pendidikan tinggi yang viral baru-baru ini, sesungguhnya hanyalah sebuah permukaan kecil puncak es permasalahan yang muncul dan terlihat di permukaan laut, sementara itu permasalahan yang sangat besar pendidikan kita, berupa gunung es yang masih terendam di tengah lautan yang tidak akan nampak bila dilihat dari permukaan saja.

Sebagaimana kehidupan yang saling mempengaruhi, maka dunia pendidikan kita juga akan sangat dipengaruhi oleh berbagai aspek, baik yang bersifat politis, antar bidang, maupun dari kebudayaan. Pendidikan akan sangat tergantung kepada kebijakan politik yang diambil oleh pemerintah. Pendidikan juga akan sangat dipengaruhi oleh pola laku dan pikir yang lahir dari kebudayaan dan penegakan hukum, atau pendidikan juga akan sangat dipengaruhi oleh keadaan perekonomian masyarakatnya.

Di satu sisi pendidikan juga harus terus menerus dituntut untuk bisa memenuhi tujuan pendidikan mulai tingkat pendidikan dasar, pendidikan menengah, hingga ke pendidikan tinggi sesuai dengan UU NO 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang terrumuskan pada Bab II tentang Dasar, Fungsi, dan Tujuan Sistem Pendidikan Nasional.

Bagi pendidikan tinggi, maka pemahaman dan pelaksanaan dari Tri Dharma Perguruan Tinggi (PT) yang memuat tiga pilar utama dari pergurruan tinggi mesti direvitalisasi lagi hingga terus menerus sesuai dengan perkembagan jaman. 

Pilar pertama dari Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah Pendidikan dan Pengajaran. Pilar pertama ini menuntut kepada PT untuk dapat menyelenggarakan proses belajar mengajar dengan tujuan untuk menghasilkan lulusan yang mempunyai keahlian atau kompetensi dan kualifikasi yang dibutuhkan oleh masyarakatnya dan dunia industri. Pilar pertama ini juga menuntut agar PT bisa membaca/ memprediksi  dengan cepat kebutuhan kebutuhan di masa depan, sehingga bisa mempersiapkan dan membuka program program studi yang up to date dengan kebutuhan jamannya dengan baik. Selain itu juga mengembangkan sistem pengajaran  dengan menggunakan berbagai sumber yang tidak memberatkan biaya masyarakatnya.

Pilar kedua dari Tri Dharma PT adalah Penelitian. Penelitian ini tentunya diarahkan untuk dapat mengembangkan ilmu pengetahuan yang ada, baik itu teknologi, maupun kesenian. Teknologi yang bermanfaat terhadap dunia industri atau kehidupan nyata tentunya akan mudah untuk mendapatkan sponsor baik dari pemerintah, pihak swasta dan sebagainya, sehingga universitas tidak membebankan sepenuhnya biaya operasional hanya kepada UKT mahasiswa semata. Selama ini penelitian di universitas kebanyakan hanya untuk kepentigan akademis, biar bisa lulus, ataupun untuk menggapai angka kredit kenaikan pangkat atau golongan, dan selebihnya masuk ke perpustakaan perguruan tinggi.

Pilar terkhir atau ketiga dari Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM).  Pilar ini memberi pesan dan kesan bahwa PT haruslah mempunyai kontribusi terhadap masyarakatnya sesuai dengan kebutuhan lokal serta memanfaatkan sumber manusia dan alamnya secara lokal. Internasionalisasi PT sebagai salah satu bagian Kampus Merdeka ternyata kurang disiapkan secara matang. Para dosen dari PT dari tanah air, dalam jumlah yang  rata-rata lebih dari dua (2) orang, pergi ke sekolah-sekolah indonesia Luar Negeri (SILN), atau masyarakat Indonesia di luar negeri untuk mengadakan pengabdian. Secara umum mereka ber PKM tanpa melakukan studi kelayakan kesesuaian antara program yang akan dilakuakn dengan kebutuhan masyarakatnya dan kondisi real sumber daya lama lokal. PKM yang hanya dilakukan satu atau dua hari, kemudian ditinggalkan begitu saja programnya tanpa ada kelanjutannya.

Secara sosiologis, sepertinya, anak-anak yang sudah lulus dari pendidikan dasar (SMP) sudah dapat dikategorikan memasuki tahapan Tahap Siap Bertindak (Games Stage) yaitu tahap dimana seorang anak mulai mandiri dan mulai mempunyai pendapat pribadi. Pergaulannya semakin berkembang, sehingga mulai dapat mengambil peran dalam masyarakatnya. Sedang anak yang sudah lulus SMA bisa dikategorikan masuk ke dalam tahapan Penerimaan Norma Kolektif (Generalized Other) dimana kesadaran akan dirinya semakin berkembang. Kesadaran akan kewajiban dan hak, serta tanggung jawab untuk melakukan sesuatu. Pada tahapan ini, seorang anak akan lebih besar dapa berkontribusi pada masyarakatnya, dan dapat menempatkan diri terhadap ruang disekelilingnya.

Dari dua tahapan ini, sesungguhnya, harusnya ada kesesuaian dengan tujuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah dari UU No. 2 tahun 1989 Bagian Kedua Pendidikan Dasar Pasal 13 tetntang  pendidikan dasar, serta Bagian Ketiga Pendidikan Menengah Pasal 15 tentang  pendidikan menengah.

Maka kalau melihat jumlah pengangguran yang cukup banyak pada generasi Z, sesungguhnya tujuan pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi belum tercapai dengan baik. Kabar baik juga datang dengan adanya pengunduran waktu pemberlakuan kenaikan UKT, maka  saatnya pemerintah membuka pintu dialog yang seluas-luasnya terhadap semua kalangan, terutama kalangan pendidikan, industri, pengusaha, ruhaniawan dan penega hukum untuk duduk bersama membuka kembali kebijakan-kebijakan pendidikan, sehingga pendidikan kita dapat menghasilkan lulusan yang bisa mewujudkan Indonesia Emas, bukan Indonesia yang Cemas.

Posting Komentar

0 Komentar





Selamat datang di Portal Berita, Media Online : www.tanamonews.com, atas nama Redaksi mengucapkan Terima kasih telah berkunjung.. tertanda: Owner and Founding : Indra Afriadi Sikumbang, S.H. Tanamo Sutan Sati dan Pemimpin Redaksi : Robby Octora Romanza