Padang Pariaman, Tanamo News - Bkkbn Sumatera Barat kembali menggelar Sosialisasi, Advokasi dan K.I.E penurunan Stunting, kali ini sosialisasi yang menghadirkan Legislator RI Ade Rezki Pratama, dipusatkan di aula SDN 01 Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman, Minggu (9/4).
Camat Lubuk Alung Dion Franata menuturkan, Pada tahun 2023 ini terdapat dua nagari yang menjadi lokus stunting di Kecamatan Lubuk Alung. Dari 9 nagari yang ada, kasus stunting itu didominasi dua nagari yaitu nagari lubuk alung dan nagari sikabu.
Intervensi kami lakukan dari semua lini, agar kita bebas dari stunting. Termasuk Dana nagari kita sediakan tiap tahun, kita godok bersama sama dulu, hingga awalnya 4 lokus sekarang menjadi 2, tambah Dion.
Disamping itu, seluruh kepala opd menjadi bapak asuh stunting, yang artinya setiap kepala skpd wajib menjadi bapak bagi anak asuh mereka dan mendampingi anak tersebut hingga ia bebas dari stunting itu. Diakhir sambutannya, camat lubuk alung berharap, Politisi muda Ade Rezki Pratama juga menjadi bapak asuh di kecamatan Lubuk Alung.
Kepala Dinas Dalduk KB PP dan PA Kabupaten Padang Pariaman, Dra Evidelita menambahkan, Pada tahun 2021 angka stunting di Kabupaten Padang Pariaman mencapai 27,3 dan kini menjadi 25% berdasarkan SSGI.
Berbagai upaya dilakukan pemerintah daerah untuk menekan angka itu, termasuk 2023 ini pemkab mengeluarkan surat edaran untuk kolaborasi semua pihak dalam menekan angka stunting hingga tercapai Target 21,5 di tahun ini.
Legislator RI, Ade Rezki Pratama menyampaikan, stunting merupakan masalah pada tumbuh kembang anak yang diakibatkan oleh kekurangan gizi kronis sehingga anak menjadi pendek dari usianya. Masalah kekurangan gizi terjadi ketika bayi dalam kandungan hingga pada masa awal bayi dilahirkan. Namun kondisi ini baru terlihat setelah bayi berusia 2 tahun.
Hal itu memberikan dampak negatif bagi anak yaitu tingkat kecerdasan anak tidak maksimal, anak menjadi rentan terhadap penyakit, dan berpotensi mengalami penurunan tingkat produktivitas di masa depan. Jika dampak secara luas, stunting dapat menghambat pertumbuhan ekonomi, memperlebar ketimpangan, dan meningkatkan kemiskinan.
Politisi muda Partai Gerindra tersebut menambahkan, Stunting menjadi masalah kesehatan serius yang perlu mendapatkan upaya pencegahan guna terciptanya penurunan angka stunting. Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif.
Dalam sambutannya, Kepala BKKBN Sumatera Barat, Fatmawati menjelaskan, Sesuai data SSGI 2021, kasus stunting di Sumatera Barat saat ini 25% atau meningkat 1,9% dari data sebelumnya.
Stunting adalah masalah kesehatan masyarakat yang mampu meningkatkan risiko kesakitan, kematian, dan hambatan pada pertumbuhan mental ataupun motorik. Stunting diakibatkan oleh faktor multi dimensi serta tidak hanya diakibatkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil ataupun anak balita. Untuk itu, butuh kerjakeras dan keterlibatan sekia pihak untuk menekan angka stunting, agar tercapai Target 14 persen di tahun 2024. (DINA)
0 Komentar