Padang Pariaman, Tanamo News - Kasus stunting pada anak di Kecamatan Batang Gasan saat ini tercatat 23 orang.
Hal itu disampaikan Camat Batang Gasan, Armedes SE, MM dalam sambutannya pada kegiatan sosialisasi komunikasi informasi dan edukasi program bangga kencana yang di gelar BKKBN Sumatera Barat di aula SMAN 1 Batang Gasan, Kamis 10/11.
Armedes menjelaskan, 23 kasus stunting tersebut tersebar di nagari malai limo suku 13 orang, di nagari gasang gadang 6 orang, dan di nagari malai suku timur 4 orang.
Untuk mengantisipasi kasus stunting itu, pemerintah kecamatan telah membentuk Kampung KB untuk meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat.
Disamping itu, juga dijalankan sejumlah Program kolaborasi semua stakeholder untuk memajukan kampung kb dalam mensejahterakan masyarakat.
Untuk meningkatkan ekonomi masyarakat, pemerintah Kecamatan Batang Gasan juga menjalankan program untuk memajukan pariwisata. Batang Gasan terkenal dengan kuliner ikan sambang, disini kita menyajikan pesona pantai, dan untuk menarik wisatawan dalam waktu dekat akan dibuat arena camping.
Kita akan lengkapi dengan kulinernya, kemah dan souvenir khusus yaitu burandang atau makanan khas dari batang gasan sejenis ikan kering, imbuhnya.
Sosialisasi dan KIE di Kecamatan Batang Gasang dihadiri langsung Legislator RI. Dalam sambutannya, Ade Rezki Pratama, SE,MM menjelaskan, Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak yang disebabkan oleh berbagai faktor. Dampak stunting pada anak juga dapat berakibat pada aspek kesehatan dan psikologis anak.
Saat ini ada tiga metode pengukuran stunting yang digunakan. Ketiga metode pengukuran stunting itu adalah Studi Status Gizi Indonesia (SSGI), Aplikasi elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis masyarakat (e-PPGBM) yang keduanya dari Kementerian Kesehatan, serta Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerja sama dengan BKKBN dan Badan Pusat Statistik (BPS).
Ketiga alat pengukuran stunting tersebut memiliki metode yang berbeda. Dengan begitu, pengunaan ketiga metode tersebut akan melengkapi pengukuran prevalensi stunting untuk mencapai target penurunan stunting 14 persen pada 2024.
Ade menyampaikan, Stunting disebabkan oleh tiga faktor," pertama yang menyebabkan stunting yaitu suboptimal health atau kurang optimalnya kesehatan karena lingkungan yang tidak bersih dan sehat, termasuk kondisi jamban dan tercemarnya air bersih.
Faktor stunting yang kedua adalah suboptimal nutrition atau tidak optimalnya nutrisi. Anak yang stunting, umumnya tidak tercukupi kebutuhan nutrisinya terutama kebutuhan akan protein. Faktor stunting terakhir adalah suboptimal parenting atau pola asuh yang kurang tepat.
Kepala DPPKB Kabupaten Padang Pariaman Ibu Dra Evidelita M.farm Apt menambahkan, Berdasarkan data Prevalensi stunting berdasarkan survey status gizi indonesia tahun 2021, kasus stunting di Kabupaten Padang Pariaman berada diangka 28,3% diatas rata rata Sumbar 23,3%. Dari 19 Kabupaten Kota, Kabupaten Padang Pariaman berada pada posisi ke empat tertinggi setelah Kabupaten Sijunjung 30,10%.
Jumlah tersebut berada dibawah angka prevalensi kasus stunting di Sumatera Barat, yaitu 23,3%, yang mana berdasarkan intruksi presiden bahwa pada tahun 2024, angka prevalensi stunting harus menyentuh angka 14%.
Kepala Perwakilan BKKBN yang diwakili Sekertaris BKKBN Provinsi Sumatera Barat, Nova Dewita SE dalam sambutannya menjelaskan, untuk menekan angka stunting dibutuhkan keseriusan semua pihak. Salah satunya melalui program rencana aksi nasional percepatan penurunan stunting (RAN PASTI).
Pendekatan keluarga berisiko stunting, pendekatan intervensi gizi terintegrasi, pendekatan multisektor dan multipihak. (dina)
0 Komentar