“…De waartheid is dad de Atjehers mannen en vrouwen in het elgemeen schitteren hebben gevochten voor wat zij zaggen als hun nationaal of religieus ideal. Er is onder die strijders cen zeer groot aantal mannen an vrouwen die den trots van elk volk zouden uitmaken.” HC Zentrgaaff.
Oleh: Nanang Sumanang, Guru Sekolah Indonesia Davao-Filipina |
Tanamonews - Di atas adalah sebuah catatan heroiknya perang Aceh yang dibuat oleh penulis Belanda HC Zentrgaaff dimana Zentrgaaff sangat terkagum-kagum melihat semangat para pejuang Aceh yang hebat, yang telah membuat mental tentara Belanda jatuh dan hancur.
Pengertian tentara Belanda di sini bukan hanya asli para tentara Belanda yang rasnya Caucasoid, tetapi juga para tentara dari pribumi yang menjadi anjing penjilat yang menghambakan dirinya untuk mengabdi kepada bangsa Belanda memerangi bangsa-nya sendiri.
Secara bebas, kutipan tersebut berarti “Rakyat Aceh, baik pria maupun wanita berjuang secara luar biasa. Mereka merasakan sebagai satu bangsa yang bertugas membela agama, bangsa dan wilayahnya dengan perjuangan suci. Mereka terdiri dari pahlawan-pahlawan, baik pria maupun wanita yang memiliki kebanggaan atas kebenaran perjuangannya.” (Zuljaykar, Menggali Sejarah, 18 Agustus 2022).
Masih dalam suasana bulan Agustus dan bulan Muharam, dimana kedua bulan ini menjadi bulan yang sangat penting khususnya bagi umat Islam yang juga merupakan penduduk mayoritas bangsa Indonesia.
Allah SWT Tuhan Yang Maha Rahman dan Rahim memberikan kasih dan sayang (nikmat)-Nya untuk seluruh makhluk-Nya (alam raya ini). Bagi semua makhluk yang hidup Allah berikan nikmat kehidupan dengan segala fasilitasnya secara grati.
Bagi manusia yang Allah ciptakan dengan sebaik-baik bentuk, dengan penuh kehormatan, Allah memberikan nikmat setingkat lebih tinggi lagi dari makhluk hidup lainnya, yaitu nikmat kemerdekaan dan nikmat ini hanya diberikan kepada makhluknya yang bernama manusia.
Oleh karena itu pernyataan awal dalam pembukaan UUD 1945 adalah “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”. Ini berarti bahwa kemerdekaan merupakan salah satu hak asasi manusia diantara hak asasi lainnya yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya.
Dalam perspektif manusia, lalu Allah memberikan kenikmatan yang lebih tinggi lagi adalah kenikmatan Iman kepada Allah SWT, dimana nikmat ini merupakan hak mutlak Allah untuk memberikan kepada siapa saja yang Allah kehendaki.
Nikmat iman ini merupakan nikmat yang paling tinggi dari seluruh nikmat yang ada, dan merupakan nikmat yang paling besar yang Allah berikan kepada makhluknya. Nikmat iman ini tidak hanya diberikan kepada manusia saja, tetapi juga diberikan kepada makhluk Allah lainnya, semisal jin dan sebagainya.
Agama yang merupakan refleksi keimanan seseorang untuk bisa berhubungan dengan baik dengan Tuhannya, berhubungan dan bergaul dengan sesama manusia dan alam sekitarnya, menjadikan agama menjadi penting dalam kehidupan manusia.
Dalam kasus di atas, agama menjadi pendorong masyarakat Aceh untuk bangkit dengan perkasa melawan penjajahan, sehingga sampai saat ini, kita tidak bisa menemukan selembar/ secarik kertaspun yang berisi tentang penyerahan kekuasaan oleh Sultan Aceh kepada VOC ataupun Belanda.
Ketika Tuanku Teuku Umar memimpin pertempuran, Tuanku Teuku Umar membuat garis yang sangat tegas dan jelas bahwa orang yang Islam dan beriman adalah orang yang berjuang melawan penjajah, sementara penjajah dan antek-anteknya disebut dengan “kape’ atau kafir, karena penjajahan merupakan pengingakaran/ pengkhianatan terhadap keimanan seseorang terhadap penghormatan kepada Allah dan makhluk lainnya.
Dibanyak daerah di Indonesia, kita akan menemukan banyak sekali perjuangan-perjuangan melawan penjajah yang mendapatkan legitimasinya dari rasa keimanan.
Tengoklah peristiwa 10 Nopember di Surabaya yang begitu heroic, dimana teriakan “Allahu Akbar” telah mengalahkan rasa takut terhadap penjajah yang dilengkapi dengan peralatan perang yang hebat pada saat itu.
Resolusi Jihad KH. Hasyim As’ari juga telah menggerakan semangat perjuangan untuk merebut kemerdekaan yang merupakaan kesejatian manusia. Atau pahlwan-pahlawan lainnya yang sangat berani untuk merebut kemerdekaannya dan digerakan oleh keimanan semata.
Keimanan harus bisa memerdekakan manusia agar tidak terbelenggu oleh penjajahan bangsa lain, juga tidak terbelenggu oleh kehidupan dunia yang fana ini. Adalah suatu kehinaan apabila keimanan dan kemerdekaan ditukar oleh kehidupan yang sifatnya sangat materialis dan membudakan.
Jalaludin Rumi ketika ditanya tentang cinta, dia menjawab Love is, when God says to you, “I have created everything for you” and you say, “I left everything for You”.
Artinya cinta atau kemerdekaan itu adalah ketika Allah SWT telah menciptakan segala sesuatu untuk manusia, maka manusia yang penuh cinta akan mengatakan “Aku tinggalkan sesmuanya itu hanya untuk menyembah kepadaMu saja”. Maka sesungguhnya kemerdekaan itu tidaklah tergantung kepada benda-benda ciptaan manusia.
Sekarang marilah kita melihat situasi dan kondisi kita saat ini, ketika merayakan kemerdekaan dimana-mana kita akan mendengar teriakan kata “Merdeka” sambil mengepalkan tangan kita.
Cobalah kita merenungkan arti kemerdekaan yang sering kita teriakan. Apakah kita masih terikat oleh masalah keduniawian, sehingga hakekat kemanusiaan, kemerdekaan, benar-benar terealisasi dalam kehidupan kita sehari-hari.
Betapa hinanya kita yang telah merusak kata merdeka, sehingga kata merdeka menjadi tiada bermakna. Dengan suara yang lantang, kita berteriak merdeka, tapi hati kita masih penuh dengan kerakusan keduniawian. Sambil berteriak merdeka, uang jatah anak-anak miskin diambilnya dengan segala dalih pembenaran.
Dengan berteriak merdeka, uang bansos bagi rakyat yang menderita akibat pandemic disikatnya juga dengan sangat rakusnya, sambil mengaku bahwa groupnya adalah group yang membela orang kecil.
Dengan berteriak merdeka, kita menyalahkan anak buah kita yang dikatakannya tidak bisa bekerja, sementara ketidak adilan juga kau pertontonkan.
Maka sejatinya adalah kemerdekaan itu adalah bagaimana iman dan Islam itu membebaskan manusia dari belenggu-belenggu yang akan menguasai kemanuisaan kita; baik itu haus harta, haus jabatan, kebodohan yang berlindung dibalik gelar kesarjanaan, atau membebaskan diri kita dari potensi-potensi yang menghambat nilai-nilai keimanan dan keislaman aktus dalam kehidupan sehari-hari.
Inti Muharram dan Kemerdekaan adalah sama yaitu bergerak dari yang tidak baik menjadi lebih baik. Dari yang terikat keduniawian menjadi terbebas dari keduniawian.
Dari merasa paling pinter karena mempunyai gelar kesarjanaan yang banyak, menjadi orang yang tawadlu, yang jiwanya bagaikan samudera yang dalam karena mau menerima air dari manapun datangnya dan berada di bawah (tawadlu).
Dari hanya mementingkan diri sendiri dan golongannya menjadi empati yang penuh kasih saying. Dari yang kikir dan pelit menjadi orang yang sangat pemurah. Dari yang pandai menyalahkan orang lain menjadi orang yang mau mencari tahu mengapa seseorang melakukan itu.
Selamat merayakan HUT RI ke 77 dan bulan Muharam. Semoga kita menjadi manusia yang benar-benar merdeka dengan kebenaranNya, dan Indonesia menjadi Negara dan bangsa yang berartabat.(in)
0 Komentar