PIMRED : ROBBY OCTORA ROMANZA (WARTAWAN UTAMA)

6/recent/ticker-posts
"SEBAR LUASKAN INFORMASI KEGIATAN DAN PROMOSI USAHA ANDA DISINI"

La Nina dan Sektor Pertanian Indonesia

Oleh  Muhammad Arif  Mahasiswa Jurusan Fisika Universitas Andalas

TANAMONEWS.COM - Indonesia adalah negara tropis yang memiliki 2 musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Berlangsungnya musim kemarau di Indonesia bersamaan dengan bertiupnya angin musim timur dan terjadi antara bulan Maret-September, sedangkan musim hujan di Indonesia terjadi karena bertiupnya angin musim barat dan terjadi antara bulan September dan bulan Maret. 

Namun pada tidak menutup kemungkinan akan terjadi beberapa perubahan musim selama periode ini yang di pengaruhi oleh pergerakan angin yang tidak menentu.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika mengumumkan, mulai bulan Mei di Indonesia seharusnya sudah memasuki musim kemarau. Hujan lebat disertai petir dan angin kencang terus terjadi menyebabkan banyak pohon tumbang serta banjir dengan frekuensi rendah melanda sebagian besar wilayah Indonesia. Sektor pertanian pun juga terkena dampakn nya. 

Intensitas hujan dengan curah tinggi menyebabkan banyak tanaman tropis yang tidak dapat bertahan ketika berada di genangan air dalam jangka panjang. Angin kencang juga banyak merusak tanaman pangan yang ada, hal ini memberikan dampak yang kurang bagus terhadap pendapatan petani. Pola distribusi hujan dan iklim yang tidak menentu akan mengancam para petani dan ketersedian pangan.

Kapan kemarau akan datang?

Pantauan BMKG pada La Nina mendapati adanya penguatan intensitas La Nina menjadi moderat atau sedang dengan nilai - 1,05. Penguatan kembali La Nina sejak Maret ini menyebabkan hujan di Indonesia masih terjadi di bulan Juli. Akibatnya, beberapa daerah di Indonesia yang seharusnya sudah memasuki masa peralihan menuju musim kemarau kini masih mengalami intensitas hujan yang cukup tinggi.

La Nina adalah fenomena Suhu Muka Laut (SML) di Samudera Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan di bawah kondisi normalnya. Pendinginan Suhu Muka Laut (SML) tersebut mengurangi potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia secara umum. Namun peningkatan hujan harian di beberapa wilayah Indonesia juga dipengaruhi oleh dinamika atmosfer harian dan kondisi atmosfer lokal di suatu wilayah.

Kondisi La Nina akan menjadi lemah hingga netral pada periode Juli, Agustus, dan September 2022. Sementara itu, monsun Asia menunjukkan kondisi yang masih aktif dan diprediksi masih aktif hingga awal Juli 2022. Monsun Asia diprediksi melemah atau tidak aktif pada Pertengahan hingga akhir Juni 2022. Kondisi ini memiliki potensi pembentukan awan di bagian wilayah utara Indonesia pada awal Juli 2022 masih cukup besar.

Prediksi angin lapisan masih 850 milibar (mb) pada Juni - Agustus 2022 menunjukkan, monsun Australia akan aktif dan mendominasi seluruh wilayah Indonesia. Hal ini berarti potensi seluruh pertumbuhan awan-awan hujan akan berkurang, yang berarti juga bahwa musim kemarau akan tiba di sebagian besar wilayah Indonesia.

Dampak Hujan terhadap Sektor Pertanian

Perubahan iklim mempengaruhi kestabilan produksi pertanian terutama pada tanaman padi. Padi rentan terhadap perubahan iklim sehingga mempengaruhi kualitas produksi padi bahkan hingga gagal panen. Awal musim penghujan merupakan musim yang sangat efektif untuk dijadikan musim tanam. Musim hujan membuat ketersediaan air cukup tinggi sehingga menjadi waktu yang tepat untuk proses penanaman tanaman padi. 

Hujan yang turun bermanfaat bagi tanaman padi dan tanah sehingga pada musim panen tiba padi tidak terendam oleh air atau terlambat panen. Pengaruh yang tidak signifikan bisa terjadi karena curah hujan yang besar memberikan pengaruh terhadap produktivitas padi. Produktivitas rendah karena curah hujan dapat menganggu pertumbuhan tanaman padi jika melebihi kebutuhan air rata-rata tanaman. 

Contoh : jika terjadi gagal panen akibat banjir, lalu air terlalu banyak mudah terserang penyakit. Penyebab curah hujan yang tidak menentu bisa disebabkan oleh La-Nina yang biasanya terjadi pada musim hujan.

Pola musim yang tidak menentu mengharuskan petani agar ekstra hati-hati dalam memilih musim tanam, jika terjadi kesalahan prediksi maka otomatis benih yang ditanam akan terendam oleh air sehingga menyebab kan benih mati dan terbuang sia sia. 

Pola pergerakan angin akibat lanina juga memiliki pengaruh besar terhadap pertanian, misalnya padi yang siap panen jika terkena angin kencang beserta hujan akan menyebabkan padi menjadi rebah serta sulit dalam proses memanen. 

Butiran padi juga berkemungkinan ikut terjatuh saat terkena lumpur, sehingga kuantitas hasil yang di dapat berkurang dari semestinya. Perubahan curah hujan terjadi tiap bulan sehingga dapat mempengaruhi Perubahan musim tana. Fenomena La Nina sangat berpengaruh terhadap kondisi cuaca atau iklim di wilayah Indonesia dengan geografis kepulauan. 

Demi meminimalisir kerugian dan penurunan kuantitas pangan Indonesia perlu adanya adaptasi musim penanaman dan musim panen sesuai prosedur Kementerian Pertanian Indonesia. Selain itu pengaruh La nina dapat di antisipasi oleh petani karena siklus nya dapat di prediksi dari data hasil La nina beberapa dekade terakhir.

Memanfaatkan teknologi terbarukan seperti pemilihan bibit yang tepat dan cocok untuk berbagai musim juga merupakan penyelesaian masalah yang efektif dalam menghadapi corak musim di Indonesia. (mita)

Posting Komentar

0 Komentar





Selamat datang di Portal Berita, Media Online : www.tanamonews.com, atas nama Redaksi mengucapkan Terima kasih telah berkunjung.. tertanda: Owner and Founding : Indra Afriadi Sikumbang, S.H. Tanamo Sutan Sati dan Pemimpin Redaksi : Robby Octora Romanza