Oleh: Nanang Sumanang, guru Sekolah Indonesia Davao
Tanamonews.com | “Akibat kesalahan dokter, manusia dikubur di bawah bumi, akibat kesalahan insinyur ambruk bangunan di atas bumi, akibat kesalahan guru, dia terus berjalan di muka bumi” Syair Arab.
Mengawali tahun 2022, ada beberapa catatan penting peristiwa pendidikan yang cukup menyedot perhatian kita semua pada tahun 2021 lalu yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi kita semua insan pendidikan. Ada perbincangan hangat baik di antara para pendidik, masyarakat, maupun pengambil kebijakan dalam dunia pendidikan yaitu tentang penerimaan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) guru, serta akan dimulainya Kurikulum Prototipe 2022 pada Tahun Ajaran Baru 2022-2023 mendatang.
Secara husnudzdzon perbincangan-perbincangan tersebut menandai bahwa masyarakat dan pemerintah mempunyai perhatian yang sangat besar dan serius terhadap perkembangan dan kemajuan pendidikan kita, cuma barangkali sudut pandang yang sangat berbeda, sehingga muncul berbagai macam pendapat baik yang pro maupun yang kontra.
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja atau yang biasa disebut PPPK walaupun berbeda dengan Aparatur Sipil Negara (ASN), tetapi mempunyai kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan tenaga honor.
Berdasarkan UU No 5 Tahun 2014 serta turunannya yang berupa PP No 11 Tahun 2017 serta PP No 49 Tahun 2018 menerangkan bahwa PPPK itu; dapat menduduki jabatan pemerintahan, diangkat dengan perjanjian kerja yang jelas sesuai kebutuhan instansi, memiliki NIP secara nasional, melaksanakan tugas pemerintahan, usia paling rendah 20 tahun dan paling tinggi setahun sebelum masa pensiun, masa kerja paling singkat 1 tahun, mendapatkan perlindungan berupa Jaminan Hari Tua (JHT), Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK), Jaminan Kematian (JKM), Jaminan Kesehatan dan lain lain.
Sayangnya masih cukup banyak guru-guru honorer yang sudah mengabdi puluhan tahun pada sekolah-sekolah akhirnya belum lulus juga ketika mengikuti tes PPPK, terutam apada tahun 2021 yang sudah banyak mendapatkan kemudahandan afirmasi oleh pemerintah daripada tahun-tahun sebelumnya.
Yang menjadi perbincangan hangat adalah karena guru honorer yang sudah mengabdi puluhan tahun harus bersaing dengan para guru yang memang masih lebih muda dalam usia dan melek teknologi. Sementara bagi guru honorer yang sudah lama, dengan gaji yang sedikit tentunya akan sulit untuk mengembangkan kompetensinya untuk bersaing dengan guru-guru yang lebih muda dan lebih melek teknologi.
Kedepannya diharapkan pemerintah terus menaikan perhatiannya lagi kepada nasib para guru honorer maupun para guru swasta. Tentunya kita tidak ingin kejadian ribuan guru honorer mengepung istana pada tahun 2016 terulang lagi (10/2/2016), toh sejarah juga sudah membuktikan bahwa para guru yang dulu berjuang untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, melahirkan nasionalisme serta ikut memperjuangkan kemerdekaan ini adalah para guru honorer sekolah swasta.
Demikian juga keinginan pemerintah untuk melaksanakan Kurikulum Prototipe 2022 pada Tahun Ajaran Baru 2022-2023, juga menjadi perbincangan hangat terutama pada praktisi pendidikan dan masyarakat. “Ganti menteri, ganti kurikulum” seperti mendapatkan pembenaran, walaupun tidak sepenuhnya benar.
Saya melihat adanya ketidaknyambungan informasi, sehingga pengertian yang utuh tentang Kurikulum Prototipe belum merata sampai kepada garda terdepan pendidikan (para guru) dan masyarakat, padahal guru dan masyarakat menjadi kata kunci kesuksesan suatu kurikulum diterapkan.
Dilain sisi, banyak juga pemerhati pendidikan yang mempertanyakan bahwa Kurikulum 2013 sebenarnya belum berjalan dengan baik dan menyeluruh ke seluruh sekolah di Indonesia, jadi belum bisa dilihat hasilnya.
Seharusnya dari hasil penerapan Kurikulum 2013 itulah kemudian berangkat untuk mengevaluasi dan merevisi serta memperkuat bidang-bidang tertentu, jangan langsung menerapkan Kurikulum Prototipe 2022.
Dengan adanya perubahan-perubahan struktur mata pelajaran pada Kurikulum Prototipe juga dipertanyakan oleh para guru karena menyangkut akan penambahan dan pengurangan jam mengajar guru, tentunya akan berkaitan dengan setifikasi pendidik para guru tersebut.
Menyangkut dengan sertifikasi pendidik. Dalam hal ini pemerintah juga sudah menyampaikan bahwa apabila ada guru yang berkurang jam mengajarnya, maka yang bersangkutan akan diberikan tambahan jam untuk mengemban tugas pengembangan karakter Pancasila bagi peserta didiknya.
Keinginan pemerintah mengaplikasikan Kurikulum Prototipe 2022 sudah digaungkan sejak tahun 2020 yang lalu, ketika kepala Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kemendikbudristek, Maman Fathurrahman mengatakan bahwa kurikulum baru akan mulai diterapkan pada Tahun Ajaran 2021/2022. "Akan ada banyak pilihan atau kebebasan untuk implementasi.
Dan satuan pendidikan dapat menggunakan yang disiapkan pemerintah atau mengembangkan sesuai karakteristik visi dan misi sekolah. Tidak diseragamkan kompetensinya, tapi diberi kemerdekaan guru mengajar di level yang tepat untuk anaknya. Anak tidak belajar kalau terlalu gampang, anak tidak belajar kalau terlalu sulit” ujarnya.
Pada kenyataannya, kurikulum ini baru akan diberlakukan pada Tahun Ajaran 2022-2023 nanti dan itupun secara bertahap dimulai dari sekolah-sekolah penggerakhanya pada sekolah-sekolah walaupun baru akan diberlakukan pada Tahun Ajaran 2022-2023 nanti.
Kurikulum Prototipt 2022 adalah kurikulum yang mengacu kepada profil pelajar Pancasila. Kerangka dasar atau landasan utama pada Kurikulum Prototipe 2022 adalah mengarahkan kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh pelajar, karakter yang harus dibangun dan dikembangkan, serta materi pelajaran yang harus dipelajari peserta didik sehingga akan melahirkan profil pelajar Pancasila.
Profil pelajar Pancasil itu sendiri adalah pelajar sepanjang hayat yang kompeten dan mempunyai karakter sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Ciri utama dari profil pelajar Pancasila itu adalah; beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkebhinekaan, bergotong royong, mandiri, bernalar kritis, dan kreatif.
Dalam setiap pergantian kurikulum, sangat jelas sekali kunci kesuksesan suatu kurikulum atau “pemain pentingnya” adalah tetap seorang guru. Secara etimologis kata guru berasal dari dua kata bahasa sanskerta yaitu dari kata “gu” dan “ru”. “Gu” berarti gelap atau kegelapan, awidya, darkness. Sementara “ru’ berarti terang benderang, bercahaya, ringan, widya, light.
Jadi guru adalah orang yang terus menerus untuk membimbing orang lain dari kegelapan menuju cahaya sinar benderang. Dari konsep inilah kemudian Ki Hadjar Dewantara mengatakan bahwa “setiap orang adalah guru, dan setiap rumah adalah sekolah”.
Atau meminjam istilah agama Islam adalah bahwa setiap orang diwajibkan untuk berdakwah “yakhruju minadzdzulumaati ilan nuur” yaitu mengajak manusia untuk keluar dari kegelapan menuju jalan Tuhan, jalan yang terang benderang, agar ringan menjalani kehidupan ini.
Sementara sekolah berasal dari bahasa Yunani “Schole” yang berarti waktu luang, atau kebermanfaatan dalam mengisi waktu luang, kemudian menjadi bahasa latin “schola” yang bermakna tempat untuk memberikan pengajaran.
Dalam dunia filsafat ada gerakan yang disebut aliran filsafat skolastik yang lahir pada abad pertengahan dan mencapai puncaknya pada abad ke 12 dan 13 yang ditandai dengan summe agung dalam bidang teologi dan filsafat.
Gerakan ini lahir dari sekolah filsafat yang mengurai setiap permasalahan ke dalam bagian-bagiannya untuk kemudian diperdebatkan dengan argument-argumen yang baik.
Dalam UU No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, maka pengertian guru dan sekolah semakin dipertajam menjadi: guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevalusi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan menengah.
Guru yang merupakan ujung tombak diharapkan sudah sangat memahami filosofi sampai tingkat praktis dari setiap kurikulum yang ada, tapi itupun tidak cukup apabila tidak didukung oleh pemerintah dan masyarakat.
Dalam mengimpementasikan Kurikulum Prototipe 2022 dimana merdeka belajar bagi guru dan murid diharapkan bisa mengekplorasi kemampuan guru maupun murid yang masih terpendam, maka ada kata kunci daripada semua ini adalah bagaimana komunikasi dan kerjasama dapat terjalin dengan baik antara pemerintah, sekolah, dan masyarakat dalam memajukan pendidikan kita.
Seperti salah satu arti “schola” adalah pendidikan itu adalah proses sepanjang hayat, yang tidak akan dibatasi oleh waktu tertentu dan terus berkembang, maka komunikasi tiga unsur pokok di atas juga adalah proses panjang dimana dibutuhkan kesabaran, growth mind set, keterbukaan dan cinta yang mendalam kepada generasi mendatang dan bangsa Indonesia.
Tanpa itu semuanya, yakinlah bahwa kurikulum apapun juga pasti tidak akan pernah mencapai tujuan dari pendidikan itu sendiri, termasuk Kurikulum Prototipe 2022 yang bercita-cita menghasilkan profil pelajar Pancasila. Apabila sebuah kurikulum tidak dapat berjalan dengan baik, maka keinginan merubah wajah Indonesia menjadi lebih baik pasti hanya tinggal mimpi dan jauh dari kenyataan.
SELAMAT DATANG TAHUN 2022, SELAMAT DATANG KURIKULUM PROTOTIPE 2022
0 Komentar