TANAMONEWS - SOLSEL, SUMBAR | Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi Ansharullah Datuak Marajo menghadiri dalam acara adat Basalin Baju Pusako di Rumah Gadang Sirampak Nagari Pasir Talang, Kecamatan Sungai Pagu Kabupaten Solok Selatan, Minggu (4/7/2021).
Basalin baju merupakan pusaka (mewarisi pangkat kebesaran datuk penghulu, imam, khatib, malin, pandeka dalam adat) tersebut, harganya "setimbang dengan negeri" yang memiliki makna awal akhir, lahir dan batin secara utuh dan tak terpisah-pisah sebagai sebuah perserikatan hati sebagian manusia dalam alamnya. Mengisyaratkan adanya kaitan dengan tuah kebesaran dan nama baik negerinya sendiri. Seperti : arang tacoreang di kaniang, kamaa muko ka disu ruakan.
Amanah kaum harus disampaikan kepada yang berhak menerimanya, sesuai dengan ukur jangka kemampuan penalaran diri nya sendiri. Pakaian Sapatagak yang akan dipakai hidup ditompang mati, merupakan kewajiban, amanah dan beban tanggung jawab moral seorang panghulu adat.
Dalam prosesi Basalin baju, amanat telah disampaikan oleh para para pemuka adat dari kaum Malintang tersebut. Pemasangan Basalin Baju dari Dasril Datuak Rajo Malintang Kayo kepada Afrijal telah dilakukan.
Mahyeldi Ansharullah Datuak Marajo menyampaikan, pakaian sudah dipasangkan, amanah harus dilaksanakan. Itulah yang disebut Kendang Nan Bapakai, Pakaian Pusaka (Adat) Yang Dipakai, Pakaian Adat dalam Alam. Itu pulalah sebabnya setiap yang memegang jabatan adat itu, harus baginya untuk mengurasai adat, memberikan contohyang baik kepada anak kemenakan.
Masyarakat Minangkabau dikenal dengan semangat kegotongroyongan nya yang dituangkan dalam falsafah "Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah" (ABS-SBK) syarak mengato adat memakai. Di Indonesia hanya dua Provinsi yang memiliki budaya yang persis sama yaitu adalah provinsi Gorontalo, julukan "Serambi Madinah" yang menyatunya antara budaya dengan nilai-nilai adat istiadatnya.
"Agar adat budaya Minangkabau bisa terus terjaga dan perlu diwariskan kepada generasi - generasi mendatang, sehingga budaya Minangkabau akan terpelihara dan terjaga untuk masa yang akan datang," ungkap Mahyeldi.
Gubernur Mahyeldi mengharapkan, niniak mamak, alim ulama, dan cerdik pandai serta bundo kanduang dapat menanamkan nilai 'adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah (ABS-SBK) kepada generasi muda agar mereka memahami adat dan agama dengan baik.
"Perkembangan zaman semakin pesat, sehingga diperlukan upaya yang terus-menerus untuk melestarikan budaya Minangkabau dan mewariskannya kepada generasi muda, karena generasi mudalah yang akan melanjutkan adat istiadat ini nantinya," sebutnya.
Mahyeldi mengatakan, pemangku penghulu diharapkan bisa menjadi tokoh dan panutan untuk kemenakan di suku masing-masing maupun dalam nagari. Serta bisa membimbing kemenakan sesuai adat yang berlaku.
“Kalau kita lihat banyak generasi muda kurang memahami adat. Saya berharap adat tetap akan menjadi tolak ukur bersikap anak muda,” ucapnya.
Masalah adat kembali kepada orang adat, masalah agama kembali ke pada Ulama masalah undang kembali kepada pemerintahan.
"Tagang bajelo-jelo kandua badantiang-dantiang. dijelokan mangkonyo tagang, didantiangkan mangkonyo kandua. di jalang mangkonyo datang, disonsong mangkonyo tibo," ungkapnya.
Selanjutnya Mahyeldi mengingatkan, bahwa amanah menjadi panghulu itu tidaklah gampang. Pasalnya menjadi pemuka adat yang akan membimbing anak dan kemenakan di nagari. Segala tindak tanduk maupun sikap penghulu akan dicontoh oleh orang di kampung.
"Jadi panghulu harus menjaga sikap dan berperilakulah sebagai pemimpin yang mengayomi nagari. Jangan sampai Nagari rusak dikarenakan kita sendiri," ingatnya.(*)
0 Komentar